Senin, 24 Oktober 2011

Cerpen: Angin yang Meninggalkan Duka

Bandung, Senin 17 Januari 2005
Di Rumah jam 8 pagi, langit cerah sedikit berawan


"Waaa..!! telat neh mo ke kantor!!" Aku cepat-cepat bangun dari pembaringan. Sial! gara-gara tadi udah shubuh tidur lagi, jadi telat deh ke kantor. Mandi pas foto lalu cepat-cepat pake sepatu. Eit.. kemeja ketinggalan, ampir aja pergi pake kaos doang.

Motor ku bawa keluar. Honda grand tahun 1980-an, lumayan, tenaganya masih mantaab.
Ku starter.. dan..

"Lho??? kok nggak bunyi??" kucoba lagi starter pake kaki kuat-kuat. "Waaa..!! nggak bisa juga!!". Akhirnya dengan muka menekuk aku tuntun motor tua itu ke bengkel deket rumah, jaraknya sekitar 200m.

Tampak Mas Jojo sedang ngutak-ngatik motor GL di bengkelnya. Aku kenal dengan dia dari kakakku yang memang sering benerin motor ke dia.

"Mas, tolong nih motor saya.. rusak lagi.. nggak bisa nyala." ujarku. Mas Jojo tersenyum ramah, lalu membawa motorku masuk ke dalam bengkel mungilnya.

Bayu, anak semata wayang-nya yang masih kelas 1 SMP, membantu membawakan kunci-kunci. Waktu dia SD kelas 6 masih mengaji di mesjid, dan di tahun itu pula aku terakhir kali mengajar ngaji, sebelum kemudian sibuk kerja dan nggak sempat lagi ngajar mengaji di mesjid. Yah.. abis mau gimana lagi? pergi kerja pagi-pagi pulang sudah malam.

"Bayu nggak sekolah?" aku basa basi. Bayu tersenyum dengan hormat,

"Nggak Kang, kan hari ini libur" Jawabnya, setelah mencium punggung tanganku. Duh.. rupanya kebiasaan itu masih dia lakukan, padahal kami tidak sedang berada di mesjid.

"Oooh.. kirain bolos.." candaku sambil menepuk pundaknya

“Yee.. enak aja!” Timpal Bayu setengah tertawa, ”Masa Bayu bolos. Kan Bapak sudah susah-susah nyari duit buat sekolah Bayu.. “
Mas Jojo hanya tersenyum mendengar kata-kata anak kesayangannya itu. Tapi aku melihat senyum yang lain, seperti senyum yang berat, penuh arti.

“Eh, Kang.. kok nggak ada spionnya?, jangan-jangan motornya mogok gara-gara nggak pake spion!” canda anak itu. Aku hanya terkekeh. Kalau tidak ada ayahnya mungkin sudah kujitak kepalanya.

"Kira-kira sampe jam berapa nih Mas beresnya?" tanyaku, setelah Mas Jojo mengecek motorku.

"Hmm.. mungkin siang, soalnya harus dibuka karburator dulu. Platina juga harus di cek lagi, nggak tau apa masih bisa dipake atau ndak." jawabnya menjelaskan, dengan logat jawa yang khas.

"Waah.. kalau begitu saya tinggal dulu aja ya Mas, jam satu siang nanti saya balik lagi."

"Iya deh.. saya usahain jam segitu sudah beres.." timpalnya, tetap dengan senyumnya yang ramah.

***

Jam 12:15 WIB
Di warung tenda dekat kantor


Kakakku memang baik hehe.., dia mentraktirku makan siang kali ini. Jarang-jarang kita bisa makan siang bareng, padahal tempat kerjanya cukup dekat dengan kantorku.
Soto ayam pesenan kakakku sudah datang, sementara nasi goreng ku belum juga masak.

"Jadi, motor rusak lagi?" ujar kakak sambil menambahkan sambal ke mangkuk soto ayamnya.

"Yup, sekarang aku simpen di bengkelnya Mas Jojo" timpalku

"Mmm.. kakak sudah lama nggak ke bengkel Mas Jojo lagi,.. kamu tahu khan sebabnya?" ujar kakak dengan muka sedikit serius. Aku mengerutkan kening, heran.

"Emang kenapa Kak?"

"Ckckck… kamu emang payah! ga ada perhatiannya sama kondisi lingkungan! Si Mas jojo sekarang sudah Kristen!"

Mataku membesar, aku tak habis pikir.. kaget.

"Apa?? kok bisa??"

"Itulah.. kakak tahunya juga nggak sengaja. Ketika lewat ke bengkelnya hari minggu kok tutup, tahunya setiap hari minggu memang bengkelnya tutup. Selidik punya selidik dia sekarang suka ke gereja jawa di perempatan itu." Kakak menarik napas sejenak..
“Dari kabar yang kakak dengar, usaha bengkelnya bisa maju seperti sekarang karena suntikan dana dari gereja itu.” Kakak melanjutkan kalimatnya, “Eh,… kamu tahu? padahal dulunya Mas Jojo itu mantan santri di kampungnya lho!"

Mataku kembali terbelalak kaget. Heran, nggak habis pikir, sedih, geram.. sekarang semua itu campur aduk di kepalaku.
Dan nasi goreng panas pesananku yang telah terhidang menjadi tak lagi mengundang selera.

***

Jam 13:05 WIB
Ke Bengkel Mas Jojo

Kakakku yang sedang baik hari ini memboncengku dengan motornya ke Bengkel Mas Jojo. Kebetulan memang sedang ada perlu sama ibu di rumah.
Tapi kok didepan bengkelnya berkerumun orang-orang ya? Ada apa? Lalu lintas menjadi terhambat, sementara kulihat dari jauh bengkel Mas Jojo lengang, tak ada seorangpun yang nampak. Hatiku berdebar, ada apa ini?.

Kami makin mendekati kerumunan orang itu. Katanya baru saja ada tabrakan motor yang keluar dari bengkel dengan mobil angkutan kota. Aku cepat turun dari motor dan berusaha mendekati pusat kerumunan itu.

Mas Jojo setengah berjongkok, memeluk seorang anak. Darah mengucur dari kepala anak itu.
“ Bayu ?!?!!” teriak ku kaget. Anak itu dengan setengah sadar mengulurkan tangannya kearahku.

“Tolong.. Bayu…” katanya lemah, “pengen… syurga…”

Kata-kataku tercekat, pelan.. ku raih tangannya. Pelan-pelan ku ucap kalimat syahadat agar diikuti Bayu. Mas Jojo terus saja menangis, air matanya membasahi pakaian Bayu yang ada dalam dekapannya.

***

Kamis, 20 Januari 2004
Jam 06:25 WIB
Lapangan Sholat Idul Adha


Hari ini aku pergi ke lapangan tempat sholat Idul Adha, melewati Bengkel Mas Jojo, tampak sepi. Ingatanku masih saja terpaku pada kejadian 3 hari yang lalu, tepat didepan bengkel ini.

Ceramah idul adha kali ini, seperti yang sudah-sudah, meceritakan tentang kisah pengorbanan Nabi Ibrahim as. atas putra kecintaannya, Nabi Ismail as.
Selesai ceramah, orang-orang bergegas melipat sajadahnya, demikian pula aku. Tetapi ... ada orang yang menghampiriku dari samping, matanya sembab. Mas Jojo !.

Tak kuasa aku menahan haru. Kami berpelukan erat sambil menangis, tak ada sepatah katapun. Hanya perasaan kami yang berbagi, tentang keharuan kembalinya Mas Jojo kedalam Islam, dan tentang kenangan atas kepergian Bayu yang masih menyisakan duka mendalam.

“Haruskah… hanya dengan kematian Bayu saya menjadi masuk Islam lagi.. ?” bisik Mas Jojo pelan sambil terisak.
Aku tak bisa berkata apa-apa. Sambil menyeka air mata, mataku menerawang, tiba-tiba terbayang wajah Bayu... tersenyum, indah sekali.

-- o0O0o --

Mas, kami disini sangat rindu kembalimu …


NB. Dalam versi edit, cerpen ini pernah dimuat di Antologi Cerpen "Episode Kelam Feli", MU3 Books, 2005
Penulis:
Arvenda PS.
Guru SD Muhammadiyah 7 Bandung

2 komentar:

Nice share sir - like it... nitip lapak ya... http://www.goodusers.co.cc/2011/09/ada-kejujuran-dalam-laptopku.html hehehehe makasih gan...

ok bos, ane re-post disini ya :)
thx..

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More