Suatu ketika kanjeng Nabi Muhammad hendak mengirim seorang utusan ke negeri Yaman untuk mengajarkan tentang Islam. Orang yang diutus oleh Nabi itu bernama Muadz bin Jabal.
Sebelum berangkat, Nabi melakukan dialog singkat terlebih dahulu bersama Muadz.
“Apa yang jadi pedomanmu dalam menghadapi suatu perkara hai Muadz?” Tanya Nabi.
“Al-Qur’an,” ujar Muadz.
“Bagaimana jika kamu tidak menjumpainya dalam Al-Qur’an?”
“Akan saya putuskan berdasarkan dengan Sunnah Rasul,” jawab Muadz.
“Jika kamu tidak temukan dalam Sunnah Rasul?”
“Saya akan berijtihad menggunakan akal pikiran saya dan tak akan berlaku sia-sia.” Muadz menjelaskan dengan yakin.
Maka wajah Rasulullah Saw saat itu langsung menjadi berseri-seri mendengar jawaban Muadz tersebut.
Lahir di Madinah, berperawakan gagah, berkulit putih, berbadan tinggi dan berambut ikal pendek, Muadz bin Jabal bin Amr bin Aus al-khazraji mulai masuk Islam pada usia 18 tahun dan termasuk golongan assabiqunal awwalun, yaitu orang yang paling awal masuk Islam.
Karena masih berusia muda, ia tak menyia-nyiakan waktu untuk memahami Islam. Hal itu terbukti bahwa Muadz terpandang karena luas wawasannya, cendekiawan, ahli berbahasa dan ahli fiqih. Nabi pernah menyebutnya sebagai immamul fuqaha, yaitu sahabat yang paling tahu perkara halal dan haram.
Selepas sholat kita dianjurkan dan dibiasakan membaca sebuah doa,
“allahumma ainni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatika
artinya: "ya Allah jadikanlah hamba menjadi orang yang selalu ingat pada-Mu, bersyukur pada-Mu dan beribadah dengan baik pada-Mu”.
Tak banyak yang tahu bahwa sebenarnya doa tersebut adalah doa khusus yang Nabi ajarkan dan wasiatkan pada Muadz bin Jabal. Nabi memang sangat menyayangi dan mencintai kepribadian Muadz yang cerdas dan alim. Bahkan Nabi pernah menyatakannya secara jelas-lugas dan dimasukkan pada golongan yang telah dijamin masuk surga bersama Nabi.
Bukti kecintaaan Nabi pada Muadz pernah terlihat saat Muadz diantar Nabi ke negeri Yaman. Saat itu Rasul berjalan kaki dan Muadz berkendaraan dan saat itu pula Nabi banyak berwasiat karena tak lama setelah kejadian waktu itu Nabi wafat.
Di zaman kekhalifahan sahabat Abu Bakar dan Umar, Muadz banyak diberi kepercayaan dalam berbagai tugas dan jabatan. Salah satunya diamanahkan sebagai gubernur militer di Syria oleh Umar bin Khattab. Namun disaat usia masih relatif muda yaitu 33 tahun, Muadz wafat tepatnya di tahun 18 Hijriah.
Salah satu kalimat wasiat beliau pada rekan sahabatnya yang lain adalah;
“pelajarilah segala ilmu yang kalian sukai, tetapi Allah tidak akan memberikan manfaat dengan ilmu itu sebelum kalian mengamalkannya terlebih dahulu.".
Penulis:
Yoma Mochammad
Guru SD Muhammadiyah 7 Bandung
0 komentar:
Posting Komentar