Senin, 24 Oktober 2011

Salman Alfarisi, Penggagas Ide Parit (1)


Kala itu di tahun 5 hijriah kaum Muslimin yang sedang berdomisili di kota Madinah sedang mengalami sebuah ancaman besar. Berawal dari beberapa orang pemuka Yahudi pergi ke Mekah menghasut orang-orang musyrik dan golongan-golongan kaum kuffar agar bersekutu menghadapi Rasulullah Saw dan kaum Muslimin.

Mereka berjanji akan memberikan bantuan dalam perang penentuan yang akan menumbangkan serta mencabut urat akar agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Siasat dan taktik perang pun diatur secara licik, bahwa tentara Quraisy dan Ghathfan akan menyerang kota Madinah dari luar, sementara Bani Quraidlah (Yahudi) akan menyerang dari dalam kota Madinah, yaitu dari belakang barisan kaum Muslimin sehingga mereka akan terjepit dari dua arah.

Melalui rencana besar ini, para musuh Islam berharap dan meyakini bahwa Muhammad dan para pengikutnya akan mati dan ajarannya hanya tinggal nama belaka.

Pada suatu hari tibalah waktunya saat para kaum koalisi-kuffar berbondong-bondong pergi menuju Madinah berbekal peralatan senjata lengkap, prajurit perang berjumlah besar, bekal logistik tenda dan makanan. Abu Sufyan dan Uyainah bin Hisn menjadi panglima perang beserta 24.000 prajurit dalam rencana pengeroyokan ini. Mereka adalah gabungan dari berbagai suku, kabilah, kelompok bahkan perorangan yang memiliki niat jahat yang sama yaitu membenci dan menghancurkan dinullah.

Ketika itu kaum Muslimin menyadari terhadap keadaan genting dan bahaya yang sedang mengancam keutuhan kaum Muslimin. Mereka setuju dan siap untuk mengangkat senjata dan memutuskan untuk melakukan strategi bertahan dengan kondisi pasukan dan peralatan yang sangat jauh berbeda. Namun di waktu yang bersamaan pula mereka bingung dengan cara apa mereka bisa bertahan melawan dua gempuran dari arah depan dan belakang secara sekaligus.

Keadaan kaum Muslimin saat itu benar-benar tertekan dan terpojok sampai-sampai gambarannya dicantumkan dalam Al-Qur’an Surat al-Ahzab ayat 10.
Ketika mereka datang dari sebelah atas dan dari arah bawahmu, dan tatkala pandangan matamu telah berputar liar, seolah-olah hatimu telah naik sampai kerongkongan, dan kamu menaruh sangkaan yang bukan-bukan terhadap Allah.”

Dalam sebuah musyawarah tiba-tiba seorang berperawakan tinggi jangkung berambut lebat, bertubuh kekar, disayangi dan dihormati oleh Rasulullah Saw mengemukakan sebuah solusi jitu untuk keluar dari kepungan jahat.
Ia melihat kota Madinah dikelilingi bukit-bukit batu yang menjulang sehingga dimungkinkan sebagai benteng-benteng pertahanan namun ada pula tanah luas terbentang yang memudahkan diserang dari luar.

Ia mencoba menawarkan strategi perang yang tak pernah dikenal atau diterapkan oleh orang-orang Arab dalam peperangan selama ini. Rencana itu berupa penggalian khandak atau parit perlindungan di sekeliling kota Madinah sebagai pertahanan. Sahabat cerdik itu dikenal dengan nama Salman Alfarisi yang berasal dari Parsi.

Rencana ini diamini oleh Rasulullah Saw dan kaum Muslimin maka mereka dengan segera bergotong royong bahu membahu menggali parit yang sangat panjang dan luas. Semua kaum muslimin sibuk menggali tanah membelah batu termasuk Nabi dan pencetus ide sahabat Salman.

Di tempat penggalian Salman tiba-tiba terbentur pada sebuah batu besar yang sangat sulit untuk dipecahkan siapapun hingga Salman menemui Rasulullah Saw hendak meminta izin untuk mengalihkan jalur parit dari semula bermaksud menghindari batu besar tersebut. Kemudian Nabi bersegera melihat batu penghalang itu sembari meminta sebuah tembilang untuk menghancurkannya.

Rasulullah Saw lalu membaca basmalah dan mengangkat kedua tanggannya yang sedang memegang erat tembilang lalu dihujamkannya pada batu besar tersebut sekuat tenaga. Batu pun terbelah dan dari celah belahannya keluar lambaian api yang tinggi dan menerangi pinggiran kota Madinah. Sementara Rasulullah bertakbir dan diikuti sabdanya “aku telah dikaruniai kunci-kunci istana negeri Persi dan umatku akan menguasai semua itu.”

Rasulullah Saw mengangkat kembali tembilang dan memukulkannya pada batu tersebut untuk kedua kalinya. Tampaklah seperti semula, batu terpecah dan menyemburkan lambaian api yang tinggi dan terang. Sementara Rasulullah bertakbir dan diikuti sabdanya “aku telah dikaruniai kunci-kunci Romawi, dan bahwa umatku akan menguasainya.”

Kemudian dipukulkannya tembilang untuk ketiga kalinya. Batu besar itu pun menyerah pecah berderai, sementara sinar yang terpancar daripadanya amat nyala dan terang temarang. Rasulullah Saw pun mengucapkan la ilaha illallah diikuti dengan gemuruh oleh kaum Muslimin. diceritakanlah oleh Rasulullah Saw bahwa beliau sekarang melihat istana-istana dan mahligai-mahligai di Syria maupun Shan'a, begitu pun di daerah-daerah lain yang suatu ketika nanti akan berada di bawah naungan bendera Allah yang berkibar. Maka dengan keimanan penuh kaum Muslimin pun serentak berseru: Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya dan benarlah Allah dan Rasul-Nya.

Melihat parit yang yang terbentang panjang di sekeliling kota Madinah, Quraisy merasa terpukul menghadapi strategi yang tak disangka-sangka dan tak terduga sebelumnya.
Tak kurang dari sebulan lamanya kaum kuffar seolah terpaku tak berkutik di kemah-kemah karena tak kuasa untuk menerobos kota.

Akhirnya pada suatu malam Allah Swt mengirim angin topan yang menerbangkan kemah-kemah dan memporak-porandakan bala tentara kaum kuffar.
Abu Sufyan pun dengan sesal kecewa menyerukan kepada anak buahnya agar kembali pulang ke kampung halaman mereka dengan membawa kekalahan dan keputus asaan.

Perang ini menjadi sangat penting karena selepas peristiwa ini kaum kuffar dilanda derita keputus asaan untuk menyerang kembali Rasulullah Saw.
Maka demi Allah, sungguh hanya Allah yang tahu bagaimana jadinya bila sahabat Salman tidak mengusulkan gagasan parit sebagai benteng pertahanan kaum muslimin. Wallahu a’lam.



Penulis:
Yoma Mochammad
Guru SD Muhammadiyah 7 Bandung

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More