Tak terasa kian hari saya makin jatuh cinta pada kegiatan yang satu ini. Mengajar. Padahal dari dulu ga’ pernah ngebayangin bakal jadi seorang pengajar. Sebagian orang bilang kalo seorang pengajar(baca: guru) itu madesu alias masa depan suram.
Sebenarnya pendapat itu ga’ sepenuhnya salah tapi juga ga’ bisa dianggap benar.
Janganlah dibandingkan dengan gajinya yang kecil. Tapi dibalik itu banyak hikmah yang bisa saya ambil.
1. Pahala yang tak pernah berhenti mengalir.
Masih ingat sebuah hadits yang menyebutkan bahwasanya “ Apabila seseorang telah meninggal seluruh amalnya terputus kecuali 3 perkara:
Shodaqoh jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya dan anak shalih yang mendo’akan kedua orangtuanya [Imam Bukhari]
Dengan mengajar insya Allah merupakan salah satu bentuk ikhtiar saya. Siapa tahu sedikit ilmu yang saya sampaikan bisa menjadi manfaat untuk banyak orang. Toh harta yang tidak akan berkurang jika kita berikan kepada oranglain salah satunya adalah ilmu.
Semakin banyak memberi maka kita akan semakin kaya. Semoga ini bisa menjadi pahala yang tak pernah berhenti mengalir.
2. Melatih Kesabaran
Hikmah kedua yang bisa saya rasakan adalah, Melatih Kesabaran. Bagaimana tidak, mengajar itu berarti kita berinteraksi dengan orang lain yang mempunyai karakteristik berbeda-beda. Ibarat computer ada yang Pentium 4 dan ada yang Pentium 1. Ada yang cepat nangkap tapi ada juga yang lola alias loadingnya lama.
Maka disinilah kita diajarkan bersabar, belum lagi menghadapi murid yang seenaknya sendiri, susah diatur. Bahkan murid yang cerdas sekalipun seringkali menguji kesabaran. Ketika merasa dirinya paling benar dan seringkali menyepelekan gurunya. (Alhamdulillah saya ga’ pernah dapet yang seperti ini).
3. Pemacu semangat untuk terus belajar
Hikmah yang ketiga adalah pemacu semangat untuk terus belajar. Beranjak dari falsafah “di atas langit masih ada langit”. Begitu juga guru, guru bukanlah berarti tau segalanya, seringkali murid kita justru punya ilmu yang lebih dari yang kita punya.
Nah ini nih serunya, berarti sebagai guru kita juga ga’ boleh berhenti belajar. Karena sudah merasa tahu segalanya, tapi kita tetap harus belajar-belajar dan belajar lagi.
4. Belajar untuk tidak membusung dada.
Masih beranjak dari falsafah yang tadi, satu hikmah lagi yang saya temukan adalah belajar untuk tidak membusung dada alias sombong.
Karena bisa jadi murid kita lebih pintar daripada kita.
5. Melatih Kejujuran
Ini juga tantangan tersendiri buat seorang pengajar, kita harus berani mengakui kesalahan atau bahkan ketidak tahuan kita di depan murid. Ingat “guru juga manusia” jadi wajar-wajar aja kalo melakukan kesalahan. Asalkan kita sampaikan dengan bijaksana.
6. Amati, pahami dan adaptasi trus atasi.
Mengajar juga merupakan suatu proses dimana kita bisa mengetahui beragam sifat manusia, makhluk ciptaan Allah yang diciptakan dengan begitu banyak karakter. Ada yang penuh semangat, ada yang mudah menyerah, ada yang sukanya under estimate, ada yang sopan dll.
Nah ini tantangan buat si guru gimana caranya dengan input yang seperti itu bisa memproses(atasi) hingga kurang lebih menghasilkan output yang minimal ga’ jauh beda. Meski ga’ sama banget.
Yang saya tulis di atas mungkin baru sedikit dari begitu banyaknya hikmah menjadi seorang guru, mengingat jam terbang saya baru sedikit, semoga di kemudian hari saya bisa menemukan hikmah yang lebih banyak lagi.
So, bagi siapapun jangan pernah takut atau bahkan ragu menjadi seorang guru. Jangan keburu merasa bahwa anda tidak berbakat sebagai seorang guru, karena kita bisa menjadi guru dimanapun. Guru di rumah bagi anak-anaknya, guru di sekolah bagi adik-adiknya, dan guru dimanapun kita berada.
Guru yang mengajarkan sedikit ilmu Allah kepada siapapun. Karena ilmu Allah mencakup banyak hal.
Insya Allah.
Dan pada akhirnya saya bisa berkata;
"saya bangga menjadi seorang guru."
Sumber: Simplyndah.multiply.com
0 komentar:
Posting Komentar